Tuesday 23 August 2016

Aku Menyerah..

Hari yang berbeda dengan perasaan masih sama, ada sedikit sesal setelah mengikhlaskanmu memikirkannya. Kali ini aku kacau tak berima, bersimpuh sabar berusaha menerima walau harus melawan ego selamanya. Tak masalah jika kalian berbagi bahagia bersama satu sama lain. Atau bahkan jika kalian bertukar janji lalu bertukar suapan diatas perabot
pernikahan, aku tak akan keberatan asal kau mengunci mata dan telingaku supaya tak berusaha mencari kemudian mengetahuinya.
Kalaupun aku tau... mungkin aku akan datang ke pestamu itu, memakai pakaian terbaikku berusaha tampil serapi mungkin didepanmu untuk mengisyaratkan bahwa aku telah melupakan perasaanku, tapi percayalah.. itu semua palsu. Aku akan berdiri dan menyalami seseorang yang beruntung mendapatkanmu, dan bercerita tentang bagaimana kita bertemu dan bagaimana kau tanpa sadar telah menghancurkanku. Lalu akan ku sodorkan amplop hitam dengan kalimat "Aku menyerah" didepannya, didalamnya akan kuselipkan satu kertas putih yang telah kutuliskan barisan kata kekecewaan diatasnya, tanpa tertinggal satu kelopak mawar merah didalamnya.
Dan maaf aku tak membawakanmu karangan bunga, sebab bunga itu habis kutaburkan diatas kuburan harapan yang baru saja dipendam bersamaan dengan kalimat "sah" yang diucapkan serentak oleh semua saksi yang hadir dalam resepsi yang menurutku mengerikan itu. Dan saat itu juga, aku terisak dalam riuh ramai orang teriak. Saat semua tepuk tangan, aku akan memakai tangan kananku untuk menepuk dadaku sendiri dan tangan kiriku kuperintahkan untuk menyeka gerimis yang tak sengaja menetes dipipi. Atau kau bisa membantuku dengan menepuk leher belakangku, supaya aku tidak tersedak oleh kata "sah" yang menyumbat ditenggorokan yang tak rela kukeluarkan.
Tapi selamat, aku turut bahagia atas keputusanmu untuk bersanding berdua bersamanya, maaf atas sikapku ini. Aku hanya bocah dalam urusan mencintaimu, aku ingin terus berada dipelukanmu. Merasakan hangat dan nyaman seakan dingin tak berani mengusikku, ingin aku jadikan kau sebagai peraduan untuk anak kecilku dimasa depan. Tapi tak masalah, bahkan jika kini kau bersamanya. Aku akan menghilang dari fikiranmu, menyiapkan buku dari kumpulan baris harapan. Buku yang akan menjadi dongeng pengantar tidur anakmu, lelucon suamimu, dan tentu saja renungan untukmu..
Dan ketika semua itu terjadi.. kau tahu apa yang akan aku lakukan bukan ? apa aku harus menuliskannya kembali ? Aku rasa kau cukup mengerti.. dengan 382 kata ini, aku tau kau paham akan maksudku, aku tahu kau paham apa yang menjadi keinginanku sejak dulu, dan aku tahu, kau paham dengan perasaanmu..
Untuk semua itu, sekali lagi.
Selamat....

No comments:

Post a Comment

Kalo ada kritik atau saran-saran bisa dikolom komentar ya, Terimakasih..