Friday 26 August 2016

Aku tetap rindu...

Malam hari di kota yang belum kukenal ini membuatku selalu teringat rumah orang tuaku disana. Ditambah gerimis dan bunyi gemerincing roda besi kereta listrik terakhir hari ini, membuatku berfikir apa mereka baik-baik saja ? walupun aku tahu bahwa keadaan mereka baik, dan aku pun tahu bahwa rasa khawatir merka jauh lebih besar dari yang aku rasakan saat ini.
Mungkin jika diibaratkan rasa khawatir mereka itu laut, dan rasa khawatirku ini hanya sebanyak air yang menetes dari ujung telunjuk yang kucelupkan ke laut.
Mereka pernah berkata kepadaku, bahwa meninggalkan kebiasaan untuk makam siang bersamaku itu tak mungkin diwujudkan. Bayangkan, mereka makan dengan pandangan kosong dan fikiran yang terus mengkhawatirkan anaknya. Bahkan suapan didepan mulut pun mereka enggankan untuk masuk, menaruhnya dipiring dan melihat sekeliling seakan mencari sesuatu dengan mata berkaca-kaca. Mereka kemudian mengambil segelas air lalu meminumnya sampai habis, mengisinya kembali dan dihabiskannya lagi. Mereka memang memegang sendok ditangan kanannya, tapi tangan mereka seakan tak kuat mengakat sendok yang penuh makanan, mereka kemudian hanya mengais makanan dengan sendok kemudian mengaduknya. Mereka mengatakan itu dengan tersenyum, seakan rasa khawatir mereka dulu sirna tatkala membicarannya padaku seolah sesuatu yang mereka cari telah kembali. Aku yang saat itu hanya tertunduk, merasakan rasa bersalah yang teramat salah. Kemudian aku meminta izin untuk ke kamar sejenak dengan alasan beristirahat. Padahal kenyataannya tidak demikian, aku menagis dengan harapan rasa bersalahku itu bisa terbawa air mata. Dalam hati aku ingin berdoa
"Tolong jangan cabut nyawa orang tuaku sebelum aku memberangkatkan keduanya haji, Jangan cabut nyawa mereka sebelum mereka bisa melihat cucunya nanti lahir, merangkak, berjalan hingga mencapai citanya. Aku tahu ini tidak akan mudah, tapi tolong bantu aku. Aku tidak ingin membelikan mereka rumah mewah, perhiasan banyak karna aku tau mereka tak membutuhkan itu semua. Aku hanya ingin berusaha membalas budinya walau itu artinya selamanya"
Di bait ini aku sungguh tak karuan, tenggorokanku sakit menahan kata rindu yang menyeruak naik, tangan kiriku lelah menahan hidung yang kian memerah. leherku ini pegal menopang kepala berusaha agar air mata tak tumpah. Dijalan raya masih saja berlalu-lalang kendaraan melaju dengan kencangnya, ya mungkin mereka ingin cepat bertemu keluarga dirumah nyaman mereka. Tidur dengan kasur empuk, selimut yang hangat, dan suasana yang sangat mereka kenali.
Dengan ini aku rindu bagaimana ibu memarahiku, rindu dengan tawanya dan rindu denga setiap kebiasaanya. Aku juga rindu bagaimana Ayah melarangku, bercanda denganku dan semuanya. Dan seluruh orang yang selalu memberiku canda tawa. Maaf jika tulisanku ini menggangu, aku hanya ingin membaginya saja.. untuk itu Terimakasih.
Dari sini, aku ucapkan selamat malam..

No comments:

Post a Comment

Kalo ada kritik atau saran-saran bisa dikolom komentar ya, Terimakasih..