Thursday 21 February 2019

S O R E

Aku berharap berdua dengan sore.
Di saung sedang, tengah taman kota.
Pagi itu hujan, nampak sedikit dari biasanya.

Sepatu kita basah.
Sepatu kita tak betah.

Kamu menyendok es cream cup yang kita beli di perempatan.
Perlahan, bicara mulai menertawakan romantis yang tak disengaja.

Hujan mulai bertukar gerimis.

Sore beranjak, menghabiskan cup es creamnya lalu mulai keluar dari perlindungan.
Aku masih duduk, melihatnya berjalan dan kemudian melambai dari kejauhan.

Judulnya Nyusul.

Cuma mau ngasih tau

Masih ingat soal beberapa kalimat yang aku tahan? ya, sebenarnya sudah tertulis beberapa. Aku cuma menjauhkan sedihnya dari linimasamu. Begitu saja curhatku, terlalu primitif untuk manusia dengan pakaian penuh warna. Hitam, Coklat, Abu-abu. Gelap, Pekat, Samar. Tolong jangan kaitkan ini dengan masalahmu, tulisanku cuma murni keresahan. Mengalaminya atau tidak itu urusanku, bukan lagi kabar bagimu.

Ketikanku kini tak lagi punya nyawa seperti penawar. Dosis yang aku takar berbeda dengan sakit yang kamu tatar. Terkesan satir memang.

Wajar? bukan, Salah? Jelas.

Aku menyebutmu manusia yang kalimatnya menyakitkan. Aku yang sekiranya siap lepas tangan, ternyata masih saja erat berpegangan. Aku yang kalian sebut menyenangkan ini nyatanya tak cukup berani mengambil waktu kalian. Aku yang sud..

Maaf, Aku ternyata bukan kamu.