Sunday 19 August 2018

Nada Anak Sekolah Dasar

Pernah dulu waktu sd, aku ada di barisan iring-iringan pawai gitu pake seragam merah putih trus bawa bendera kecil di tangan kanan. Dan satu hal yang menurut aku paling ganggu adalah saat ada orangtua siswa ada yang ngikut selama pawai tersebut, nyodorin botol minuman kadang kalo liat anaknya kepanasan, bahkan sampai beli kipas kertas yang terlalu mahal untuk seukurannya. Ibuku juga sama, ia adalah orang yang paling aku perhatiin pas itu. Ia jalan kaki bersama rombongan orangtua lainnya. Sambil memegang kipas dan botol minum, sesekali jalannya harus terhenti karena orang yang di depannya tak memberi aba-aba akan berhenti. Setiap tatapnya cemas, bergantian dengan melihatku dan juga melihat jalan yang ia lewati.

Aku kepanasan, egoku kelewatan.. dengan gelagat gugup cemasnya dia menawarkan botol minuman yang sedari awal ia pegang. Aku menolaknya kasar, sangat kasar..

"Ngga usah, udah ibu sana aja..!" nada tinggi anak sekolah dasar

Ia mengerti dan menutup kembali botol minumnya, isinya masih penuh, tak kurang dari sewaktu awal dibuka. Mungkin kalau mau ia bisa saja menghabiskan seluruh isinya, menggantikan seluruh keringat yang ia seka dengan sarung tangan andalannya. Tapi kenapa ia tidak melakukannya ? benar. Ada sesuatu yang lebih penting dari dirinya, Aku. Orang yang sangat ingin ia lindungi. Bahkan mungkin jika ada hujan panah ke arahku, tubuhnya akan otomatis menjadi payung dan tak akan membiarkan satu busur menghujam padaku.

Pawai selesai, orangtuaku dengan bangga menawariku ajakan pulang. Kita jalan kaki pulang bersama rombongan lainnya. Ia menggandengku menyebrang jalan, aku melepasnya selepas di sebrang. Aku waktu itu keterlaluan memang, aku cuma melihat ia seperti orangtua menyebalkan lainnya saat pawai. Kipas yang dipengangya, botol minum yang penuh itu tak aku lihat sebagai usaha yang sudah seharusnya dihargai. Bahkan ia rela mengabaikan keringat dan panas jalan raya hanya untuk melihatku di kerumunan.

Sering ada pertanyaan "Jika ada mesin waktu, apa yang akan kamu lakukan ?" mungkin jawabanku ini kurang keren atau gimana. Jika aku punya mesin waktu, aku akan kembali kesana dan menghabiskan setengah isi botol minumnya, menyuruhnya meminumnya juga, begandengan jalan kaki sampai rumah, melambaikan tanganku saat jalan bersama rombongan, dan menceritakan ulang apa yang sudah ia liat seharian. Ya, dan tentu saja peristiwa lain yang serupa. Aku ingin memperbaikinya.

Dan satu hal lagi, apa rasanya dianggap sebagai orang yang paling menyebalkan ditengah kerumunan oleh seseorang yang sangat ingin kita lindungi ??
Kalau aku belum tau, atau sudah ya..? ngga tau lah

Maaf ya bu, ya walaupun ibu ngga bakal pernah baca ini. Tapi aku bakal terus ingat gimana aku pas ngetik ini.